"PEMERINTAH DESA MUNENG"

Berita Sekitar Kita

Desa Muneng Terbantu Dana JPES Propinsi Jatim

Madiun, Sergap - Desa Muneng Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun yang persis terletak diperbatasan antara Kabupaten Madiun dengan Kabupaten Ngawi posisinya cukup strategis sebagai sentra perekonomian, mengingat letaknya persis dipinggir jalan raya Caruban-Ngawi.

Desa yang mayoritas penduduknya petani ini sangat terbantu dengan diterimanya Dana Bantuan Jaring Pengaman Ekonomi dan Sosial (JPES) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur senilai Rp. 63.300,- Paling tidak petani yang sebelumnya mengalami kesulitan terkait akses jalan yang menuju ke sawah, sekarang jalan desa itu sangat membantu kelancaran angkutan hasil panen. Sehingga tak lagi menimbulkan biaya tinggi dan resiko membusuknya hasil panen karena sulitnya akses jalan.

Perlu diketahui dengan dana JPES tersebut telah digunakan untuk peningkatan jalan makadam sepanjang 862m. Pelaksana harian Kepala Desa Muneng, Adi Seger mewakili warga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur atas bantuan JPES tersebut. Nordiana, selaku pengelola keuangan keluarga miskin (Pokgakin) membenarkan uraian kepala desanya itu.

“Masih ada jalan sepanjang 1,5 km yang apabila hujan praktis tidak dapat dilalui oleh kendaraan. Sehingga kami berharap jalan dapat menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Madiun,” kata Adi Seger penuh harap. (Jhon).


Membuka Akses Pasar Jangkrik

Pembimbingan Telecenter pada Petani (Dok. PPEP BAPPENAS)Telecenter berhasil meningkatkan pendapatan penduduk. Dia menjadi jembatan komunikasi yang efektif. Produsen yang tidak tahu pasar bisa mendapatkan mitra ketika berselancar di dunia maya internet.

Dari Telecenter Pabelan, Magelang, Jawa Tengah, seorang santri berhasil meraih juara kedua lomba aplikasi yang diselenggarakan Microsoft. Di samping ada hadiah fulus, ia juga berhak mengenyam pelatihan ke Korea. Demikian juga dengan Telecenter Muneng, Madiun, Jawa Timur. Peternak jangkrik bertemu dengan pembeli dari Jakarta, Surabaya, Semarang, dan beberapa kota lain di Jawa. Ia kebanjiran order: 3 kuintal per minggu. Kini Muneng jadi sentra jangkrik. Dari seorang peternak pun berkembang menjadi 37 orang.

Kisah sukses juga bergulir dari Telecenter Semeru Kertosari, Lumajang, Jawa Timur. Para peternak kodok setempat berhasil menjalin kontak bisnis dengan pelanggan Singapura dan Cina. Usaha budi daya bull frog (katak lembu) itu pun terdongkrak naik. Permintaannya dua ton per bulan.

Kini di Indonesia telah berdiri enam telecencer percontohan. Di Jawa Timur ada Telecenter Semeru dan Muneng. E-Pabelan di Jawa Tengah. Lainnya di Sulawesi, yaitu Telecenter Lapulu (Sulawesi Tenggara), Tuladenggi (Gorontalo), dan Salubomba (Sulawesi Tengah).

Telecenter Lapulu berdiri pada 7 Maret 2006. Keberadaannya memberi manfaat langsung pada masyarakat. Terutama bagi para pengguna teknologi infomasi dan komunikasi. Telecenter Lapulu terletak di Kelurahan Lapulu, di kawasan kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

"Kami tidak hanya membuka akses internet, melainkan juga kursus komputer dan bahasa Inggris," kata Joko Susyanto, Manajer Telecenter Lapulu. Sedikitnya 20 orang setiap hari mengakses internet lewat telecenter. Ada 30 kelompok studi di bidang komputer dan empat kelompok di bidang bahasa Inggris.

Dengan melek komputer plus becus berbahasa Inggris, diharapkan kehidupan nelayan setempat akan terdongkrak. Maklum, penduduk Lapulu 80%-nya miskin. Dengan mengenal internet, mereka punya akses untuk memasarkan hasil laut mereka, seperti lobster, kerapu, dan kepiting, ke pelbagai penjuru dunia.

Beragam informasi yang diperoleh dari internet membuat para nelayan menjadi lebih bergairah dan kreatif. Mereka membentuk usaha, selain melaut. "Saat ini ada enam kelompok usaha, seperti budi daya tanaman hias, pembuatan pot bunga, dan produksi abon ikan," katanya. Joko menganggap kehadiran telecenter-nya tepat sasaran. Yang kasatmata, ada peningkatan kualitas hidup. "Masyarakat yang sudah memanfaatkan jaringan ini bisa berkomunikasi dan menyalurklan produksi mereka," ujarnya.

Manfaat bagi pengguna juga dirasakan Telecenter Semeru, yang berdiri pada 2 Januari 2005 tapi baru aktif pada 30 Mei 2005. Sahlan Basyar, ketua pengelolanya, mengatakan bahwa Telecenter Semeru merupakan hasil kerja sama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan bantuan UNDP (United Nations Development Programme). "Bantuannya dalam bentuk barang, bukan dana," kata Sahlan.

Pengelola Telecenter Semeru adalah masyarakat sekitar. Mereka sebelumnya mendapat pendidikan dan pelatihan dari UNDP/Bappenas. Kini para pengelola masih melakukan sosialisasi tak hanya di satu kecamatan. Beberapa kecamatan sekaligus menjadi daerah target.

Untuk sosialisasi, pengelola memanfaatkan pelbagai kegiatan masyarakat. Mulai resepsi perkawinan hingga sunatan massal. Mereka sengaja tidak membuat sebuah pertemuan khusus tentang telecenter, karena pasti akan sepi pengunjung.

Mujarab. Setiap hari, sedikitnya 15 hingga 20 orang rela antre menggunakan fasilitas internet. Masing-masing pengguna rata-rata menghabiskan waktu dua jam. Tersedia lima unit komputer yang dilengkapi webcam, kamera digital, USB, mesin faks, LCD, DVD player, dan sebagainya. Para pengguna tak perlu mengeluarkan uang sesen pun alias gratis.

Kini ada 12 KSM (kelompok swadaya masyarakat) yang telah merasakan manfaat telecenter. Salah satunya adalah Agung Wahyono, pemilik KSM Alam Lestari Sejahtera. Produk yang dihasilkan adalah virgin coconut oil, lantas dipasarkan melalui internet. Ada beberapa yang merespons. "Tapi masih belum ada yang deal," kata Agung.

Manfaat telecenter juga dirasakan Annisa Arum, 12 tahun. Nisa kerap memanfaatkan Telecenter Muneng, Pilangkenceng, Madiun. Dia membuka situs yang menyajikan mata pelajaran matematika, IPS, IPA, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Apalagi saat menjelang ujian nasional, beberapa waktu lalu. "Lumayan untuk latihan," katanya. Hasilnya, Nisa yang kini siswi kelas I SMPN 1 Mejayan ini mendapat skor terbaik sekecamatan dengan nilai 66,84 untuk sekolah dasar. "Saya senang bisa meraih hasil ini," tuturnya.

Menurut Dwi Murdiyanto, salah satu perintis Telecenter Muneng, banyak manfaat yang dirasakan masyarakat, baik petani, peternak, maupun pelajar. Sebab di sana mereka bisa menambah wawasan mengenai dunia yang digelutinya. Misalnya untuk petani dan peternak.

Mereka bisa menambah pengetahuan tentang bagaimana bercocok tanam atau memelihara ternak yang baik. Kelak hasil yang diperoleh pun akan lebih tinggi, kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan manfaat yang bisa dirasakan oleh pelajar seperti Nisa, "Ini salah satu cara menembus dunia," kata Dwi.

Telecenter Muneng menempati tanah kas desa atau biasa disebut tanah bengkok. "Semua biaya ditanggung pemerintah," ia menjelaskan. Telecenter Muneng sendiri punya karyawan honorer tujuh orang yang digaji Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Rata-rata 10 pengunjung per hari ke telecenter.

Melalui telecenter, orang juga bisa mencari harga cabe. Itulah yang dilakukan Muhammad Suyudi, 35 tahun, petani dari Desa Pabelan, Mungkid, Magelang. "Saya sedang mencari harga cabe di pasaran," katanya. Suyudi mengenal dunia maya itu baru setelah ada Telecenter e-Pabelan. Fasilitas itu merupakan proyek percontohan hasil kerja sama Bappenas dengan Pondok Pesantren Pabelan, 23 April 2004. Gedung seluas 80 meter persegi disediakan pesantren, sedangkan peralatan seperti komputer dan akses internet ditanggung Bappenas.

Hadirnya telecenter menghasilkan 10 kelompok belajar mandiri. Suyudi sendiri bergabung dengan kelompok Sidomulyo, dengan anggota 15 orang. Kebanyakan mereka petani cabe. Setiap 10 hari, kelompok digilir mengunjungi e-Pabelan, dengan durasi pemakaian dua jam.

Banyak pengetahun baru bisa dipetik. "Misalnya, bisa mengetahui jenis-jenis penyakit dan obat yang cocok," kata Paryanto, 52 tahun, rekan sekelompok Suyudi. Menurut Paryanto, internet lebih jujur ketimbang bertanya kepada penyuluh pertanian. "Kadang penyuluh membawa misi produk obat," katanya.

Selain kelompok tani, para santri juga memanfaatkan telecenter. Masyarakat umum pun bisa memakainya. Tarifnya untuk umum Rp 3.000 per jam. Anggota kelompok tani dikenai tarif Rp 1.000.

Pada awalnya, telecenter bisa diakses gratis oleh masyarakat. Karena pada waktu itu masih disubsidi pihak Bappenas. "Sejak Februari lalu, kami tidak disubsidi lagi," kata Istiatun, 42 tahun, pengelola e-Pabelan.

Rohmat Haryadi, Mukhlison S. Widodo (Magelang), Anthony (Kendari), Arif Sujatmiko (Madiun), dan Rach Alida Bahaweres (Lumajang)